Gender dan Ideologi Maskulinitas pada periode Pasca MOU Helsinki Aceh

Sait Abdullah

Abstract


 

Proses demobilisasi dan reintegrasi mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sebagai akibat dari perjanjian damai (MOU) Helsinki telah memicu munculnya elit politik lokal baru khususnya dari kalangan mantan komandan GAM. Sejumlah peneliti telah mengaitkan kemunculan elit baru ini dengan konflik antar elite lokal akan alokasi sumber daya ekonomi. Namun apa yang menjadi gap penelitian ini khususnya aspek yang tidak dikaji dalam penelitian-penelitian mereka sebelumnya adalah tentang dimensi gender kritis terhadap dominasi mantan komandan GAM yang terwakili oleh lembaga, KPA (Komisi Peralihan Aceh). Argumen dari makalah ini adalah dalam situasi damai pasca konflik, mantan komandan GAM perlu merumuskan kembali status elit mereka, melalui re-konstitusi maskulinitas hegemonik dan ideologi militeristik. Maskulinitas hegemonik adalah sebuah ideologi kelelakian yang melegitimasi kekuasaan dan status mantan komandan atas laki-laki lain (dan perempuan) dalam masyarakat Aceh. Maskulinitas hegemonik ini ditopang oleh ideologi militeristik yang dipertahankan yang pada akhirnya memperkuat status sosial para mantan komandan GAM atas elit sipil GAM serta para mantan kombatan lainnya.

 


Full Text:

PDF

References


Connell, R.W. 1985. “Theorising Genderâ€, Sociology, 19 (2): 260-272.

Connell, R.W. 1987. Gender and Power, Society, the Person and Sexual Politics. Cambridge: Polity Press in association with Basil Blackwell

Connell, R.W. 2005. Masculinities. Second Edition. University of California Press. Berkeley and Los Angeles, Calofornia.

Carrigan, Connell and Lee. 1987. Toward a New Sociology of Masculinity in Harry Brod. The Making of Masculinities The New Men Studies. Allen & Unwin, Inc. Winchester USA.Hutchings, Kimberly. 2008. Cognitive Short Cuts. In Rethinking the Man Question Sex, Gender and Violence in International Relations. Zed Books Ltd. London.

Connell R.W. and Messerschmidt 2005. Hegemonic Masculinity Rethinking the

Concept. Gender & Society, Vol. 19. No.6, 829-859. Doi: 10.1177/0891243205278639.

Enloe Cynthia. 1983. Does Khaki Become You?. Pluto Press Limited. London.

Enloe Cynthia. 1989. Making Feminist Sense of International Politics Bananas Beaches and Bases. University of California Press. Berkeley Los Angeles.

Hearn Jeff 2004. From hegemonic masculinity to the hegemony of men. Feminist Theory. Sage Publications. Vol. 5 (1): 49-72. Doi: 10.1177/1464700104040813.

Donaldson Mike 1993. What is Hegemonic Masculinity?. Theory and Society 22: 643-657.

Memorandum of Understanding (MOU) between The Government of Indonesia and The Free Aceh Movement. 2005. Available at http://www.ucdp.uu.se/downloads/fullpeace/Ind%20050815.pdf.

Hooper, Charlotte. 2001. Manly States: Masculinities, International Relations and Gender Politics. New York: Columbia University Press.

Howson, Richard. 2006. Challenging Hegemonic Masculinity. Routledge, New York. USA.

Serambi Indonesia. 2012. Irwandi Yusuf: Saya di Pukul di Wajah dan Kepala. Available at: http://www.tribunnews.com/regional/2012/06/27/irwandi-yusuf-saya-dipukul-di-wajah-dan-kepala.

The Asia Foundation 2013. The Contested Corners of Asia. Subnational Conflict and International Development Assistance. The case of Aceh. https://asiafoundation.org/resources/pdfs/AcehExecutiveSummary.pdf. Accessed 13 May 2014.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.



@2017-2024
Jl. Hayam Wuruk No. 34-38 Bandung
Politeknik STIA LAN Bandung
Powered by OJS (Open Jounal Systems)